"Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda." Kata mereka yang sok bijak.
Selama ini, kupikir itu hanya sebuah wacana. Sebuah omong kosong yang sengaja mereka ciptakan untuk membuat kami --orang-orang yang kurang beruntung-- mempunyai harapan untuk berusaha kembali. Untuk gagal kembali. Menurutku, mereka adalah orang-orang yang keji karena tega membohongi kami. Memberi kami harapan untuk terus berlari walaupun mereka tau kami pasti jatuh. Dan dibelakang kami, mereka tertawa terbahak-bahak melihat ketololan kami.
Karena itulah, aku, berhenti berlari.
Aku sadar aku takkan berhasil. Aku sadar aku telah membuang banyak waktu. Aku lelah mengejar mimpi. Dunia mengajarkanku untuk menjadi orang yang lebih realistis atau mungkin pengalamanku yang mengajarkanku. Aku tersadar, harga diriku terlalu tinggi untuk gagal. Terciptalah wacana baru dalam pikiranku, 'Gagal adalah hal paling hina'.
Aku pun bermetamorfosis menjadi orang yang realistis atau mungkin lebih seperti, pesimis. Memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi nanti. Membuat strategi yang berlebihan hanya untuk hal kecil sekalipun. Agar aku tak perlu lelah berlari diatas treadmill. Terasa jauh, tapi tak kemana-mana. Jika aku tak melihat kesempatan berhasil, takkan sudi aku melangkahkan kaki.
Semakin lama, paranoia ku akan kegagalan makin memburuk. Aku merasa ada sepasang mata iblis yang mengintaiku setiap saat. Membuatku tak fokus pada rencana yang telah kususun rapih. Membuatku panik setiap menghadapi hal yang seharusnya sepele. Lama-kelamaan, aku pun hanya menjadi seorang penonton, bersama mereka orang-orang sok bijak. Kadang, aku juga ikut menertawakan mereka --orang-orang yang kurang beruntung-- yang dengan tololnya gagal berkali-kali. Paranoia ku makin kronis. Sampai akhirnya 'hari itu' datang.
Beberapa minggu sebelum 'hari itu' datang, aku dihadapkan dengan hal yang baru, hal yang belum ku temui sebelumnya. Hemm, apa ya namanya? Oh ya, CINTA. Kira-kira itulah yang sering mereka katakan. Saat itu, aku bertemu dengan salah satu bidadari surga. Senyum di bibir indahnya sungguh amat menawan. Mata indahnya mampu memompa dada ini sampai ingin meledak. Tawanya, kerendahan hatinya dan segala yang ada padanya membuat rasa dalam dada ini bergejolak hebat.